Salam semangat buat para Dreamer...^v^/
Tulisanku kali ini mengulas sedikit tentang tarian tradisional yang mungkin remaja-remaja zaman sekarang hampir tidak mengenalnya dan bahkan tidak tahu kalau tarian ini memang ada sejak dulu.. Agar ke-tradisonalan kita ini tetap terjaga dan tidak terhapus oleh waktu, mari kita intip sebentar tentang tarian muang sangkal berikut yang merupakan salah satu tarian tradisional di pulau Madura.
Tulisanku kali ini mengulas sedikit tentang tarian tradisional yang mungkin remaja-remaja zaman sekarang hampir tidak mengenalnya dan bahkan tidak tahu kalau tarian ini memang ada sejak dulu.. Agar ke-tradisonalan kita ini tetap terjaga dan tidak terhapus oleh waktu, mari kita intip sebentar tentang tarian muang sangkal berikut yang merupakan salah satu tarian tradisional di pulau Madura.
TARI MUANG SANGKAL
M
|
adura
merupakan pulau yang memiliki kekayaan kesenian tradisional yang sangat banyak
dan yang pasti sangat bernilai, unik dan juga menarik untuk
dipelajari. Kita sebagai orang asli Madura sudah seharusnyalah mengenal budaya Madura yang masih hidup bahkan yang akan dan telah mati atau dengan kata lain telah punah di makan zaman.
dipelajari. Kita sebagai orang asli Madura sudah seharusnyalah mengenal budaya Madura yang masih hidup bahkan yang akan dan telah mati atau dengan kata lain telah punah di makan zaman.
Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan
Sumenep mempunyai kebudayaan masing-masing yang memiliki ciri khas yang
membedakannya.
Sekarang, mari
kita tengok kabupaten tetangga kita, Sumenep. Tidak kalah menariknya dengan
kebudayaan Pamekasan kita. Salah satu contoh budaya yang patut di lestarikan,
yaitu tarian. Nah, seperti contohnya tarian Muang Sangkal (buang sial) yang
akan kita bahas sekarang.
Tari Muang Sangkal adalah suatu tradisi yang mampu bertahan sampai
sekarang. Tari Muang Sangkal adalah tarian tradisional yang diciptakan oleh
Taufiqqurrahman, seniman asli Sumenep.
Secara harfiah, muang berarti
membuang, sedangkan sangkal berarti sengkolo atau bahaya. Oleh karena
itu Muang Sangkal berarti menghilangkan marabahaya/bala.
Tari Muang Sangkal sangat diminati
oleh orang-orang Madura, khususnya orang-orang Sumenep. Bahkan, tarian ini telah
berhasil mendapat penghargaan cak durasim award beberapa tahun silam. Oleh
karena itu, tarian ini dikukuhkan sebagai tarian khas Sumenep.
Gerakan tarian ini diiringi dengan
bunyi gamelan. Tak jauh beda dengan tarian lainnya, setiap gerakannya memiliki
makna seni yang tinggi dan pastinya mengandung arti. Membawakan tarian ini
membutuhkan konsentrasi tinggi dan kemampuan menari yang baik, agar orang yang
menyaksikan dapat berdecak kagum.
Tari Muang Sangkal dibawakan oleh
minimal 4 orang, dan maksimalnya bisa mencapai 15 orang. Para penari membawa
nampan berwarna emas yang di dalamnya terdapat beras berwarna kuning. Diakhir
tarian, para penari menabur beras kuning yang ada dalam nampan tadi. Hal itu
sebagai tanda petaka atau marabahaya serta sial yang ada dalam diri seseorang
telah dibuang jauh-jauh.
Tari Muang Sangkal ini telah banyak
mengalami pengembangan, seperti contohnya tari Paraben (perawan) Madura yang
merupakan pengembangan dari tari Muang Sangkal yang diringkas menjadi sebuah
garapan tari tradisional kontemporer yang menceritakan tentang perkembangan
anak remaja menjadi dewasa.
Pengembangan tarian Muang Sangkal
ini disusun dengan menggunakan pendekatan restrukturisasi (penyusunan kembali),
yang meliputi penggarapan gerak, tata busana, tata rias, musik, dan
penyajiannya secara menyeluruh disusun dengan tidak menghilangkan warna khas
masyarakat Madura, yaitu pola dari unsur ghelleng soko (gelang kaki) dan
sanggul bellu’ (sanggul berbentuk angka 8) yang diiringi dengan musik khas
Madura, musik tong-tong.
Selain mengalami perkembangan, Tari Muang Sangkal ini juga telah
mengalami berbagai perubahan yaitu menjadi tari wajib untuk menyambut tamu-tamu
agung yang datang dan peresmian peristiwa penting. Seperti contohnya pada saat
peresmian jembatan kebanggaan kita “Suramadu” yang diresmikan langsung oleh
bapak presiden kita, Susilo Bambang Yodhoyono. Pada saat kedatangan beliau
langsung disambut dengan tarian Muang Sangkal yang dibawakan oleh 15 penari putri
dari Madura dan Surabaya. Dan seperti telah dijelaskan tadi, pada akhir tarian
tersebut diwarnai dengan penaburan beras kuning kesegala penjuru untuk membuang
sial yang ada di jembatan Suramadu tersebut, sebagaimana tari Muang Sangkal
yang berati menghilangkan bala.
0 komentar:
Posting Komentar