Sungguh berat, pikiranku berat. Aku terlalu lelah dengan hal ini. Aku ingin menghindar tapi dikejar. Aku ingin menghilang tapi di cari. Aku ingin sembunyi tapi ditemukan. Hal macam apa ini? Hampir membunuhku secara perlahan. Hal macam apa ini? Hampir membuatku frustasi sampai ke akar.
Aku benci mengingat itu semuaaaa. Hal yang pernah aku alami dan tidak ingin lagi mengulasnya atau pun mengulangnya. Tidak akan! Suatu ketidak adilan yang murni terjadi secara sengaja dan bahkan itu sudah dianggap lumrah bagi masyarakat pada umumnya. Tapi sungguh!! Itu menyebalkan.
Aku benci hal itu. Bahkan saat itu semua mencoba memasuki alam pikiranku kembali, semua orang pergi, pergi tak peduli, pergi menghindar, pergi mementingkan diri mereka sendiri, dan bahkan pergi meninggalkanku yang sedang terpuruk dalam ketidak pastian masa lalu yang buruk. Ini membuatku lepas kontrol. Aku sudah merasa bersabar dengan ingatan ini. tapi kalian, kalian mengingatkanku kembali. Kalian!!!
Aku bukan benci pada diri yang melakukan, tapi aku benci dengan cara yang digunakan. Ini, sebuah kenyataan yang benar-benar buruk untuk dijadikan kenyataa. Tak perlu aku deskripsikan secara spesifik. Hanya sebuah pengalaman yang tidak ingin ku ingat. Tidak ingin ku alami. Tidak ingin ku pikirkan.
Aku terisak sejenak mengingat hal itu. Suatu harapan yang ku rasa akan menjadi milikku. Harapan kecil yang ku ubah menjadi super di benakku. Dan harapan itu juga yang membuatku jatuh tersungkur, menundukkan kepala, merasakan tetesan air mata mengalir di pipi. Aku sadar. Aku hanya pemain disini. Juri terbesar adalah Allah.
Aku tersenyum sekarang mengingat sesuatu yang baru aku sadari lagi. Aku hanya pemain disini. Juri terbesar adalah Allah. Dan yang paling penting, aku adalah pemain sportif yang menghargai sesama pemain dan pesaing.
0 komentar:
Posting Komentar